Ada sebuah pohon, yang Allah ciptakan di dunia ini, yang patut menjadi contoh bagi kita semua para orang tua, yaitu pohon
pisang. Perlu kita satukan visi terlebih dahulu bahwa, yang namanya
orang tua bukan berarti harus selalu hubungan antara orang yang
melahirkan kita dengan anak. Tetapi, bisa juga hubungan antara seseorang
yang dianggap lebih tua secara usia dan kedewasaan dengan orang yang
lebih muda, misal adik dan kakak atau om dan kemenakan dan sebagainya.
Kembali lagi soal Pohon Pisang, kalau kita amati pohon pisang itu
walaupun lunak, tidak kokoh, kalau ada angin yang kencang mudah roboh.
Tetapi, dibalik itu ada keistimewaan yang luar biasa. Yakni pohon pisang
itu tidak akan pernah berbuah sebelum dia bertunas atau punya anak. Hal
ini bisa kita amati dan kita teliti yang ada di sekitar kita.
Tidak ada pohon pisang yang berbuah sebelum dia menurunkan generasi penerusnya. Artinya, bahwa Allah SWT memberi pelajaran kepada kita melalui pohon pisang itu untuk berfikir jauh ke depan. Tidak hanya berfikir untuk masa kita sekarang, tetapi juga berfikir dan memikirkan bagaimana generasi muda kita ke depan? Mengapa pohon pisang tidak mau berbuah sebelum menurunkan generasi? Karena kalau pohon pisang berbuah sebelum punya generasi, maka dia akan cepat matang buahnya lalu ditebang oleh pemiliknya dan habislah riwayatnya. Tetapi tampaknya tidak demikian yang diharapkan oleh Allah dari pohon pisang. Lahirkan generasi dulu, siapkan generasi penerus baru silahkan engkau berbuah kemudian bersiap menyudahi kehidupannya. Itulah sedikit prolog tema posting kali ini Pemuda dan Masa depan Islam.
Dalam surat an-Nisa ayat 9 Allah SWT berfirman yang maknanya:
Tidak ada pohon pisang yang berbuah sebelum dia menurunkan generasi penerusnya. Artinya, bahwa Allah SWT memberi pelajaran kepada kita melalui pohon pisang itu untuk berfikir jauh ke depan. Tidak hanya berfikir untuk masa kita sekarang, tetapi juga berfikir dan memikirkan bagaimana generasi muda kita ke depan? Mengapa pohon pisang tidak mau berbuah sebelum menurunkan generasi? Karena kalau pohon pisang berbuah sebelum punya generasi, maka dia akan cepat matang buahnya lalu ditebang oleh pemiliknya dan habislah riwayatnya. Tetapi tampaknya tidak demikian yang diharapkan oleh Allah dari pohon pisang. Lahirkan generasi dulu, siapkan generasi penerus baru silahkan engkau berbuah kemudian bersiap menyudahi kehidupannya. Itulah sedikit prolog tema posting kali ini Pemuda dan Masa depan Islam.
Dalam surat an-Nisa ayat 9 Allah SWT berfirman yang maknanya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.
Ayat ini khithobnya (sasarannya) adalah kepada kita generasi yang
lebih tua. Yaitu, hendaklah generasi tua memikirkan nasib generasi muda,
keberlangsungan masa depan mereka juga masa depan agama mereka. Bagi
para kawula muda dan para remaja ayat ini juga menjadi sandaran dan
pijakan kuat bahwa Al-Qur’an memandang masa muda itu tidak ringan. Masa
muda dan remaja itu penuh dengan tantangan. Ini harus disadari dan
dihayati oleh para generasi muda. Nyata dalam Al-Qur’an memberikan
nasehat hendaknya kaum tua mawas diri dan waspada seandainya mereka
meninggalkan anak cucu atau generasi yang lemah.
Kata dhi’aafa (lemah) dalam ayat di atas tentu berdimensi luas.
Mencakup berbagai aspek kehidupan, khususnya lemah dalam hal meneruskan
perjuangan generasi tua. Dimensi pertama lemah akidahnya. Ini tentu yang
paling utama, yaitu hendaklah generasi tua mawas diri seandainya
meninggalkan generasi muda yang lemah akidahnya. Kita umat Islam jangan
sampai meninggalkan generasi yang goyah imannya. Karena kalau goyah pada
dimensi pertama ini, maka hidup ini tidak ada artinya menurut pandangan
agama. Karena diutusnya para Nabi atau Rasul itu adalah untuk
membentengi akidah umatnya. Pada Rasul itu hampir tidak ada yang
menonjolkan ilmu pengetahuan, meskipun mereka ahli ilmu pengetahuan.
Nabi Dawud adalah orang yang ahli dalam bidang konstruksi baja (besi),
tetapi dia menonjolkan dakwah ilahiyahnya. Pendekatan utama dakwahnya
adalah lewat pondasi iman dan akidah, baru selanjutnya ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Dimensi kedua adalah lemah dalam fisiknya. Jangan sampai generasi
muda kita punya fisik yang lemah, rentan terkena penyakit. Maka ini
adalah tanggung jawab generasi tua ketika mereka dalam masa pertumbuhan
untuk menyiapkan generasi muda yang sehat fisiknya, sehat ekonominya dan
juga sehat secara pendidikan.
Tantangan pemuda Islam saat ini yang pertama adalah
tantangan secara cultural. Karena perkembangan iptek saat ini telah
membuat pemuda kita mudah goyah. Iptek telah membuat kemajuan yang luar
biasa keseluruhan dimensi kehidupan, dimensia social, budaya, ekonomi
dan sebagainya. Perkembangan iptek secara tidak langsung membawa
tantangan kepada pemuda-pemuda kita. Dari situasi yang seringkali muncul
adalah terjadinya krisis identitas. Terjadi kelemahan cultural karena
mereka tidak mau menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim dan
bahkan mereka merasa malu dan enggan untuk menampakkan identitas sebagai
generasi muslim. Ini yang harus kita waspadai sebagai orang tua.
Factor yang menjadi pemicu krisis cultural identity ini adalah
lemahnya pemahaman akan agama Islam. Anak-anak kita atau adik-adik kita
seringkali hanya terfokus pada study di sekolah saja dan melupakan tugas
utamanya sebagai seorang muslim yaitu ibadah. Menuntut ilmu bukan hanya
sekedar di bangku sekolah formal. Mengaji, mengikuti majelis taklim
atau sekedar menyempatkan beberapa menit untuk mendengarkan dakwah
adalah salah satu cara kita dalam dalam memahami agama.
Yang ketiga adalah lemahnya skill para pemuda muslim. Keterbatasan atau ketidakmampuan dalam skill membuat banyak pemuda islam
goyah dalam hidupnya. Kalau sudah goyah, ini akan membahayakan mental
dari pemuda kita. Dalam situasi yang sudah meng-global dan sangat
komplek seperti sekarang ini, akan sangat rentan bagi pemuda terseret
dalam kerapuhan iman. Seyogyanya kita sebagai umat muslim saling
membantu dan mendo’akan satu sama lain. Dan yang lebih penting saat ini
adalah bagaimana kita turut membantu mengembangkan skill dan menumbuhkan
jiwa entrepreneur dalam diri setiap pemuda muslim. Bukankah Rasulullah
sendiri adalah suri teladan yang nyata bagi umat muslim untuk
mengembangkan jiwa entrepreneurship dan leadership?
Sebagai penutup, mari kita coba sarikan kembali langkah apa yang
perlu kita ambil dalam menghadapi situasi seperti sekarang ini. Pertama;
berikan penyadaran kepada anak-anak kita, adik-adik kita dan
saudara-saudara kita sesama umat muslim bahwa dunia telah berubah dan
banyak sekali godaan dan tantangan yang akan kita hadapi. Kita harus
melakukan personal approach pada mereka dan memberikan penjelasan secara
comprehensive terhadap segala efek negative yang akan terjadi jika
mereka lupa akan agamanya. Dunia boleh berupa, peradaban boleh
berkembang tapi Al-Qur’an dan hadizt adalah pedoman utama umat Islam
dalam menghadapi setiap perubahan zaman. Al-Qur’an
adalah penuntun kita dijalan yang diridhoi oleh Allah. Kedua; kita
harus melakukan pendisiplinan untuk melakukan sesuatu yang terpuji baik
di rumah, sekolah dan masyarakat sejak dini. Bahkan sedini mungkin kalau
dimungkinkan. Karena dengan melakukan pendisiplin perilaku yang baik
sejak dini maka akan menjadi pondasi yang kuat bagi pemuda dalam
menghadapi tantangan di zamannya kelak. Dengan begitu kita berharap,
insyaallah generasi pemuda Islam akan bisa meneruskan tongkat estafet dari orangtua untuk masa-masa yang akan datang. Amin ya Rabbal alamin.
Leave a comment